21 Januari 2012

Awan Cumulus Senja Itu (Tugas Kuliah)

Setelah sekian lama matahari memanggang bumi, semalam ku merasakan sedikit kesejukan dari tetesan gerimis yang jatuh dari langit. Sejuk, tenang, dan sedikit lebih mengurangi sesaknya hati dan otak karena kesibukan perkuliah. Selama beberapa bulan, hanya udara kering yang kuhirup tanpa sedikit pun kelembapan, menambah kering saja pemikiranku.
            Kering, gerah dan panas membuatku sulit berfikir lebih segar. Akhirnya kuputuskan untuk mencari suasana baru untuk tugasku yang satu ini. Kebetulan tugas kali ini tentang awan. Awan, satu kata yang menyeretku ke masa lalu pada kenangan senja itu. Kenangan di pantai, pantai utara pulau Jawa saat senja yang mendung. Setahuku, awan itu jenis Cumulus.
Awan yang memberikan satu anugrah, hujan, badai dan petir sebagai peringatan bagi orang-orang yang lalai pada Tuhannya. Awan jenis ini juga sering dijadikan sasaran untuk membuat hujan buatan. Tentang hujan, guyurannya hanya untuk tumbuh-tumbuhan yang dikasihi Tuhan, sedangkan untuk manusia ?
            Udara kering yang selama ini kuhirup diakibatkan kelembapan udara yang mulai berkurang. Angin tenggara tak kunjung menghampiriku. Mungkin karena hal tersebut, awan cumulus tak menunjukkan tanda-tanda akan menjadikan hujan bagi bumi. Aerosol digantikan oleh kepulan asap dari cerobong asap pabrik dan asap dari exhaust kendaran-kendaraan bermotor.
Sifat awan yang kutahu, bisa menunjukkan perkembangan konvektif udara seperti halnya awan Cumulus, yang muncul dalam lembaran berlapis seperti Stratus, atau mengambil bentuk gumpalan fibrosa tipis, seperti awan Cirrus.
Tuhan, dimana hujan yang kurindukan? Yang mengingatkanku pada kenangan manis dikala senja itu? Apakah aku dapat membuatnya dengan cara menambahkan uap air di udara? Meminta kepada matahari untuk menguapkan air di laut lebih cepat agar hembusan angin tenggara menerbangkannya ke atmosfer dan meminta agar dia mendingin dan mengembun agar awan besar segera terbentuk? Maha Besar Nama-Mu, aku pasti tak kuasa melakukannya. Aku hanya bisa merintih kepada-Mu untuk memberiku sedikit kesejukan.
Ya, potret itu yang telah mengingatkanku pada dirinya. Potret awan dari Genus cumulonimbus (Cb). Awan keabu-abuan yang gelap menjulang tinggi dan menutupi sebagian daerah di sekitar pantai. Dikejauhan ku lihat air mulai membasahi bumi. Mereka datang dari kumpulan awan-awan berbentuk bunga kol.
Setahuku, awan yang dijadikan sasaran dalam kegiatan hujan buatan adalah jenis awan Cumulus (Cu) yang aktif, dicirikan dengan bentuknya yang seperti bunga kol. Awan Cumulus terjadi karena proses konveksi. Awan Cumulus terbagi dalam 3 jenis, yaitu: Strato Cumulus (Sc) yaitu awan Cumulus yang baru tumbuh ; Cumulus, dan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan Cumulus yang sangat besar dan mungkin terdiri beberapa awan Cumulus yang bergabung menjadi satu.
Walaupun awan macam ini bisa menghasilkan berbagai cuaca buruk seperti hujan es, tornado, angin lokal yang kuat, beberapa jenis petir, dan hujan lokal yang sangat besar. Namun aku tetap merindukannya. Awan cumulus memerlukan kelembaban udara yang besar, massa udara stabil, dan penguapan (panas) untuk membentuknya. Oleh karena itu, awan ini hanya akan terjadi dimusim penghujan. Sedangkan sekarang? Ia tak kunjung datang, hanya sebagai harapan, seperti halnya dirinya yang kunanti-nantikan hadir di sampingku.
Ditulis oleh Torikul Fauzi: Facebook - Torexfantastic

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © CATATAN HARIAN ABI Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger